Minum teh menjadi kebiasaan yang umum dilakukan oleh banyak orang, terutama setelah makan. Harganya yang terjangkau dan cara penyajiannya yang praktis menjadikan teh sebagai salah satu minuman favorit di berbagai kalangan. Tak hanya sebagai pelepas dahaga, teh juga sering kali menjadi simbol kehangatan dan kenyamanan bagi siapa saja yang menikmatinya. Di beberapa restoran, menu makanan sering dipaketkan dengan teh dan ditawarkan dengan harga murah. Tanpa berpikir panjang, banyak orang memilih paket menu tersebut dengan alasan agar menghemat pengeluaran.
Menurut Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM, Surabaya, teh tidak hanya mengandung kafein, tetapi juga tanin yang dipercaya memiliki beberapa manfaat. Tanin bersifat antioksidan yang dapat menjaga kesehatan tubuh. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kandungan tanin dalam teh dapat mencegah penyakit jantung, menurunkan kolesterol dalam darah, memperkuat pembuluh darah, dan manfaat kesehataan lainnya. Meskipun begitu, konsumsi teh secara berlebihan tetap memberikan efek samping yang merugikan bagi tubuh.
Kandungan tanin dalam teh berfungsi sebagai pengikat zat besi pada makanan. Jika konsumsi teh dilakukan secara bersamaan dengan makanan, senyawa tanin dalam teh akan mengikat zat besi pada makanan dan menghambat penyerapannya oleh tubuh. Padahal tubuh memerlukan zat besi untuk terus membentuk sel darah merah yang membawa hemoglobin sebagai pengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Menurut ahli gizi dari University of Sydney, remaja putri dan wanita membutuhkan lebih banyak zat besi daripada pria, yaitu sekitar 18 mg per hari, karena mereka kehilangan zat besi saat menstruasi.
Bagian Kesehatan Ibu dan Anak Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro, Semarang, membuktikan bahwa konsumsi teh secara berlebihan dapat menyebabkan anemia. Sebuah penelitian dilakukan dengan membandingkan penyerapan zat besi setelah makan antara peminum air putih dan peminum teh. Hasilnya, penyerapan zat besi pada peminum air putih sebesar 22,1%, sedangkan pada peminum teh hanya 6,9%. Artinya, teh mampu menurunkan penyerapan zat besi hingga 70%, yang berisiko menyebabkan anemia dengan gejala 5L (lesu, lemah, letih, lelah, dan lalai).
Berdasarkan Acceptable Daily Intake (ADI), batas aman konsumsi tanin harian adalah 560 mg/kg, sedangkan satu cangkir teh (220 ml) mengandung 195 mg/100 g tanin. Hal ini berarti dalam 220 ml teh terkandung sekitar 429 mg tanin. Apabila seseorang dengan berat 50 kg mengonsumsi teh sebanyak 650 ml, berarti ia mengonsumsi asupan tanin sekitar 1.267,5 mg. Sedangkan batas maksimum harian asupan tanin baginya adalah sekitar 28.000 mg. Meskipun hal tersebut masih jauh di bawah batas maksimum harian (28.000 mg), konsumsi teh tetap perlu diperhatikan agar tidak berlebihan.
Layaknya mengatur bumbu dalam masakan, kita juga dapat mengatur kadar tanin saat menyeduh teh. Gunakan air dengan suhu sedang agar tanin yang terlepas saat proses penyeduhan tidak berlebihan. Selain itu, hindari minum teh 30 menit sebelum atau sesudah makan, serta saat perut kosong. Dengan begitu, proses penyerapan zat besi tidak terganggu oleh tanin dan perut menjadi terasa lebih nyaman. Jangan lupa juga untuk cukupi asupan air putih agar kandungan tanin dalam tubuh lebih seimbang. Jadi, jangan khawatir! Teh tetap bisa dinikmati asalkan disesuaikan dengan cara penyajian dan waktu yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Ariana, D., Kartikorini, N., & Mardiyah, S. (2021). Profil tanin pada teh seduh dengan paparan suhu penyeduhan yang berbeda. The Journal Of Muhammadiyah Medical Laboratory Technologist, 4(1), 111.
Royani, I., Irwan, A. I., dan Arifin, A. (2019). Pengaruh mengkonsumsi teh setelah makan terhadap kejadian anemia defisiensi besi pada remaja putri. UMI Medical Journal, 2(2), 20-25.
Sharma, K., Kumar, V., Kaur, J., Tanwar, B., Goyal, A., Sharma, R., Gat, Y., & Kumar, A. (2019). Health effects, sources, utilization and safety of tannins: a critical review. Toxin Reviews, 40(3), 1-13.
Terimakasih telah mengunjungi website resmi Himpunan Mahasiswa Kimia FMIPA UNY
0 Komentar