Cokelat telah lama menjadi salah satu makanan yang paling digemari di seluruh dunia. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, hampir semua orang pernah merasakan nikmatnya makanan ini. Selain rasanya yang lezat, banyak orang percaya bahwa cokelat dapat memperbaiki suasana hati serta membuat kita lebih bahagia. Tak heran jika sebagian besar orang menganggap cokelat sebagai comfort food yang dapat memperbaiki suasana hati ketika sedang sedih atau lelah.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kandungan senyawa psikoaktif pada cokelat berhubungan erat dengan suasana hati. Dikutip dari National Cancer Institute (NCI) Dictionary of Cancer Terms, senyawa psikoaktif merupakan zat kimia yang memengaruhi kerja otak dan menyebabkan perubahan suasana hati, kesadaran, pikiran, perasaan, atau perilaku. Beberapa senyawa psikoaktif utama yang terkandung dalam cokelat di antaranya yaitu kafein, teobromin, feniletilamin (PEA), dan anandamida.
Kafein dan teobromin adalah dua senyawa yang termasuk dalam kelompok metilxantin yang terdapat pada cokelat. Keduanya bekerja dengan cara memblokir reseptor adenosin di otak. Adenosin sendiri berfungsi menimbulkan rasa kantuk dan lelah, sehingga ketika reseptornya dihambat, otak menjadi lebih aktif dan tubuh terasa lebih berenergi. Berbeda dengan kafein yang bekerja lebih cepat karena diserap oleh tubuh dalam waktu sekitar 30 menit setelah dikonsumsi, teobromin membutuhkan waktu lebih lama, yaitu sekitar 1,5 – 3 jam, tetapi memberikan efek yang lebih lama. Itulah sebabnya, setelah makan coklat, kita bisa merasa segar bukan hanya seketika, tetapi juga berjam-jam kemudian.
Selain metilxantin, cokelat juga mengandung feniletilamin (PEA). Senyawa ini sering disebut sebagai “obat cinta” karena cara kerjanya yang mirip dengan perasaan euforia saat seseorang jatuh cinta. PEA mendorong pelepasan dopamin atau hormon perasaan baik yang bertanggung jawab atas semua sensasi menyenangkan di dalam tubuh. Tak hanya itu, cokelat juga mengandung anandamida, suatu zat yang bertindak sebagai neurotransmitter dalam tubuh. Anandamida umumnya dikaitkan dengan kebahagiaan dan berpotensi membantu dalam pengobatan depresi serta kecemasan. Meskipun dalam jumlah yang relatif kecil, keberadaan senyawa ini cukup untuk memberikan efek menenangkan ketika dikombinasikan dengan senyawa lain.
Namun, pengaruh cokelat yang diberikan terhadap tubuh tidak selalu positif. Beberapa penelitian menemukan adanya hubungan antara konsumsi cokelat yang tinggi dengan depresi, meskipun belum jelas apakah cokelat menjadi penyebab atau sekadar cara seseorang mengatasi perasaan negatif. Selain itu, tidak sedikit orang juga merasa bersalah setelah makan cokelat karena kandungan gula dan lemaknya yang cukup tinggi. Oleh karena itu, meskipun cokelat terbukti dapat membantu memperbaiki suasana hati, konsumsinya juga perlu diperhatikan.
Referensi:
Kalinic, J. (2023). Science of chocolate. Nauka Govori. Diakses pada tanggal 9 September 2025, dari https://naukagovori.ba/science-of-chocolate/
Kalinic, J. (2023). Science of chocolate. Nauka Govori. Diakses pada tanggal 9 September 2025, dari https://naukagovori.ba/science-of-chocolate/
National Cancer Institute. Psychoactive substance. NCI Dictionary of Cancer Terms. Diakses pada tanggal 8 September 2025, dari https://www.cancer.gov/publications/dictionaries/cancer-terms/def/psychoactive-substance
Sari, A. B. T. (2023). Chocoholic: mengungkap fakta dan latar belakang kegilaan terhadap cokelat. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 24(3).
Tempo.co. (2022). Phenylethylamine, zat terkandung di cokelat dikenal sebagai obat cinta. Diakses pada tanggal 8 September 2025, dari https://www.tempo.co/gaya-hidup/phenylethylamine-zat-terkandung-di-cokelat-dikenal-sebagai-obat-cinta-328382
Terra, M. (2024). Chocolate: food for mood. Nutrition and Psychiatric Disorders (pp. 205–213). Singapore: Springer Nature.
Terimakasih telah mengunjungi website resmi Himpunan Mahasiswa Kimia FMIPA UNY
0 Komentar