dan Karakterisasi Zat Warna Alami dari Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn) serta Uji Potensinya sebagai Pewarna Tekstil”.
Senja Dewi mengungkapkan, penelitian ini mengunakan sampel dari daun jambu biji karena tanaman ini mudah didapat. Tingkat produksi dan penyebaranya sangat banyak dan luas, serta hasil produksinya lebih ditekankan untuk kebutuhan lokal sehingga secara ekonomi lebih murah.
“Daunnya mengandung antosianin seperti cyanidin-3-sophoroside, dan cyanidin-3-glucoside. Senyawa tersebut berperan penting pada pewarnaan daun jambu biji. Daun jambu biji juga mengandung flavan 3,4-diols yang tergolong senyawa tanin berupa pigmen kuning sampai coklat,” lanjutnya.
Daun jambu biji mengandung pigmen gugus kromofor karbonil, gugus auksokrom yaitu hidroksil dengan senyawa organik tak jenuh hidrokarbon aromatik, sehingga pigmen ini mudah sekali melepaskan zat tersebut pada bahan kain.
Tahap pelaksanaan penelitian ini yaitu: maserasi, membersihkan daun jambu biji, kemudian dihaluskan dengan blender sehingga didapatkan serbuk daun jambu biji. Kemudian menyiapkan larutan metanol 12 liter dalam jerigen. Dilanjutkan dengan memasukkan serbuk daun jambu biji yang sudah diblender dalam jerigen yang berisi metanol dan merendam serbuk daun jambu biji tadi selama sehari semalam, sambil dikocok tiap sore. Maserasi dilakukan sampai dua kali, 2 ´ 24 jam.
Tahap selanjutnya adalah evaporasi dan uji potensi sebagai pewarna tekstil. Zat warna yang diperoleh berwarna hijau kecoklatan. Warna hijau ini diduga dari zat warna klorofil yang berasal dari daun. Warna coklat dari zat warna diduga adalah dari golongan flavonoid, salah satunya adalah senyawa flavan 3,4-diol. Senyawa-senyawa dalam zat warna dapat dipisahkan melalui metode kromatografi kolom. Dari pelarut tidak terbentuk serbuk melainkan terbentuk karamel.
Sebagian pelarut etanol dan aseton menguap. Sisanya berikatan dengan bagian lain dari kandungan daun jambu biji yang bersifat non-polar yang kemudian terbentuk suatu karamel. Karena hasil zat warna yang diperoleh berupa karamel, zat warna tidak dapat dikarakterisasi dengan spektroskopi IR dan diukur titik leburnya. Dari 50 gram daun jambu biji kering, dihasilkan 10,24 gram pasta zat warna. Dengan demikian, rendemennya adalah 20,48%.
“Kami berharap penelitian ini dapat memberikan alternatif pengganti zat pewarna berbahan kimia. Karena bahan-bahan pewarna kimia dapat mencemari lingkungan serta diperkirakan akan mengakibatkan timbulnya penyakit kanker pada pemakainya. Air limbah industri tekstil yang menggunakan zat pewarna sintesis akan mencemari sungai dan tidak dapat dimanfaatkan lagi jika pengolahan limbahnya kurang optimal dan dibuang ke sungai,” lanjut Senja Dewi. (witono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah mengunjungi website resmi Himpunan Mahasiswa Kimia FMIPA UNY