LPG,LNG,dan CNG ~ Oleh :Muhammad Naufal Majid



LPG,LNG,dan CNG





Istilah LPG, LNG, dan CNG sudah sering kita dengar di tengah masyarakat. Apa perbedaannya?Masyarakat cenderung menyeragamkan ketiga komoditas ini dengan istilah "gas", padahal tiga gas ini memiliki karakter berbeda yang sangat memengaruhi bagaimana pemanfaatan masing-masing jenis. LPG dan LNG sama-sama gas yang dicairkan untuk memudahkan pengangkutan untuk jarak yang tidak terjangkau dengan pipa. Meskipun sama-sama gas cair, komponen yang mendominasi keduanya berbeda.


Komponen LPG, atau liquefied petroleum gas, didominasi oleh Propana dan Butana. Jenis gas ini memiliki massa jenis yang lebih besar dari LNG. Propana mempunyai sifat sebagai bahan bakar yang portabel karena titik didihnya sangat rendah, yaitu:“ -44 F atau -42 C”. Itu berarti bahwa pada suhu yang sangat rendah sekalipun, propana akan segera menguap setelah dilepaskan dari wadah bertekanan nya ke udara atmosfer. Sehingga bahan bakar ini tidak memerlukan banyak peralatan untuk diuapkan atau dicampurkan dengan udara. Sebuah nosel sederhana saja sudah cukup.Dalam tabung, LPG berbentuk zat cair, namun pada suhu dan tekanan normal, LPG yang keluar dari tabung akan langsung berubah menjadi gas. Tekanan yang dibutuhkan untuk mencairkan gas ini cukup rendah sehingga lebih aman digunakan. Inilah yang membuat LPG lebih pas untuk konsumen rumah tangga, karena sifatnya mudah disimpan dan bisa langsung dibakar untuk dimanfaatkan, tanpa perlu infrastruktur khusus.


Saat ini LPG diproduksi di beberapa lapangan migas, yaitu salah satunya dengan mengumpulkan minyak yang “menguap” ketika keluar dari sumur. Perlu diingat, tidak semua gas yang keluar dari sumur bisa dijadikan LPG karena tidak semua lapangan menghasilkan “uap gas” yang cukup banyak sehingga ekonomis untuk dimanfaatkan. Produksi LPG Indonesia saat ini sekitar 1,4 juta metrik ton per tahun, sementara kebutuhan LPG nasional sekitar 5 juta metrik ton per tahun. Inilah yang menyebabkan Indonesia masih harus mengimpor LPG.


Lalu, bagaimana dengan LNG? LNG atau liquefied natural gas merupakan gas yang didominasi oleh metana dan etana yang didinginkan hingga menjadi cair pada suhu antara -150 C sampai -200 C. Pengembangan dan pemanfaatan LNG memerlukan infrastruktur yang lebih kompleks. Dari sisi hulu, pengembangan LNG tidak hanya memerlukan fasilitas produksi biasa, tetapi memerlukan kilang yang mampu mencairkan gas tersebut sampai suhu minus 150-200 C. Fasilitas pendingin dan tanki kriogenik ini membutuhkan investasi yang sangat besar.Keunggulan LNG dalam perekonomian sangatlah besar sebab materi LNG ini sangat mudah proses penyimpanan dan pengangkutannyadari satu kilang gas ke tempat yang membutuhkan seperti dari Indonesia ke Jepang atau Korea.Sangat ekonomis karena cukup dikirimkan via kapal tanker tanpa perlu membangun pipa bawah laut.


Sementara di sisi hilir, pemanfaatan LNG memerlukan fasilitas untuk mengubah LNG menjadi gas kembali, yang disebut dengan LNG regasification terminal. Saat ini Indonesia baru memiliki satu fasilitas regasifikasi yaitu yang dioperasikan oleh PT Nusantara Regas di Teluk Jakarta. Selain fasilitas regasifikasi, pemanfaatan gas yang dihasilkan juga memerlukan jaringan pipa untuk sampai ke konsumen. Dengan kebutuhan akan temperatur yang sangat rendah seperti ini, jelas LNG tidak bisa diedarkan dalam bentuk tabung-tabung layaknya LPG. Tetapi memerlukan fasilitas regasifikasi sekaligus sistem transportasi yang terintegrasi ke pengguna.


Compressed Natural Gas (CNG) di Indonesia juga dikenal dengan istilah Bahan Bakar Gas (BBG). CNG adalah bahan bakar yang berasal dari gas alam yang terkompresi pada tekanan penyimpanan 200-248bar dan berguna sebagai bahan bakar pengganti bensin, solar, dan LPG. Bahan bakar CNG memang masih memproduksi CO2 sebagai hasil pembakarannya, namun jauh lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan bahan bakar yang lain. Secara ekonomis, penggunaan CNG juga lebih murah jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak bumi yang lain. Atas dasar itulah pemerintah Indonesia saat ini gencar mengkampanyekan konversi bahan bakar kendaraan bermotor ke BBG/CNG.CNG yang berasal dari gas alam, tersusun atas gas metana (CH4) sebagai senyawa kimia paling banyak.


Dari uraian tersebut jelaslah, meskipun sama-sama berbentuk gas, LPG, LNG dan CNG memiliki karakter berbeda sehingga pemanfaatannya juga berbeda. Hal ini perlu dipahami mengingat sering kali terjadi kesalahpahaman terutama saat isu soal ini menghangat setiap kali ada rencana kenaikan harga LPG. Ada yang berargumen, daripada harus mengimpor LPG, mengapa Indonesia tidak mengalihkan ekspor LNG sebagai substitusi? Atau, mengapa tidak mengembangkan CNG saja?


Dari uraian sebelumnya dapat dipahami bahwa keinginan untuk serta merta menggantikan pemakaian LPG dengan LNG dan CNG dalam jangka pendek tidak memungkinkan. Kedua, pemanfaatan gas alam untuk pasokan energi domestik sebenarnya memiliki potensi, tetapi terkendala infrastruktur. Lapangan-lapangan gas sering kali ditemukan di wilayah yang jauh dari sentra kebutuhan gas, sehingga perlu infrastruktur untuk memproduksi LNG dan untuk meregasifikasi dan menyalurkannya ke konsumen. Dalam beberapa kasus, produsen gas, yaitu industri hulu migas, sudah memberikan komitmen untuk memasok gas bagi transportasi, namun ini belum bisa terealisasikan karena infrastruktur tidak tersedia. Penyediaan infrastruktur ini berada di luar wewenang industri hulu migas.


Pemanfaatan gas bumi memang lebih menantang dibandingkan dengan minyak bumi. Bentuk dan sifat gas mensyarakatkan ketersediaan infrastruktur yang terintegrasi. Dengan kondisi tata ruang saat ini, membangun jaringan infrastruktur seperti ini tidak mudah. Pada akhirnya, hal ini hanya akan dapat diwujudkan dengan kerja keras dan kerja sama semua pihak.


Muhammad Naufal Majid


Pendidikan Kimia A 2019


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah mengunjungi website resmi Himpunan Mahasiswa Kimia FMIPA UNY