HERD IMMUNITY, ANTARA PELUANG DAN JURANG

Herd Immunity, Antara Peluang dan Jurang

Pada 23 Maret yang lalu herd immunity jadi kata kunci yang paling banyak dicari warganet di Google, seirama dengan masifnya Covid-19. Dilansir dari laman web Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, herd immunity atau kekebalan kelompok didefinisikan sebagai keadaan ketika sebagian besar orang kebal terhadap penularan penyakit tertentu. Herd Immunity ada ketika 50-67 persen populasi terinfeksi dan sembuh. Sehingga penularan penyakit menjadi jauh lebih sedikit lantaran kebanyakan orang resisten terhadap infeksi. 
Herd Immunity bisa diciptakan melalui dua cara, salah satu caranya yaitu dengan menyuntikkan vaksin untuk penyakit tertentu secara masif. Ini biasa dilakukan dalam bentuk imunisasi. Semakin besar cakupan imunisasi, semakin tinggi pula herd immunity
Cara kedua yaitu dengan mekanisme alami. Herd immunity diupayakan dengan membiarkan virus menginfeksi sebagian besar orang. Hal ini dilakukan ketika virus tertentu belum ditemukan atau sedang diupayakan vaksinnya. 
Herd immunity pada Covid-19 hanya dapat dilakukan dengan cara kedua karena sampai saat ini vaksinnya belum ditemukan. Namun kenyataannya tidak semudah dan seindah itu, herd immunity membutuhkan tumbal atau orang-orang yang meninggal karena kalah oleh virus sebelum sempat membentuk imunitas dan sembuh dari penyakit.
Apakah herd immunity merupakan cahaya terang di tengah pandemi Covid-19 ? atau justru menjadi bumerang tersendiri bagi siapa saja yang mengadopsinya ? Hal yang terpenting saat ini adalah gotong royong dengan selalu menerapkan pola hidup bersih dan sehat di manapun kita berada dengan selalu mengedepankan protokol kesehatan Covid-19, disipilin diri hingga disiplin kolektif untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah mengunjungi website resmi Himpunan Mahasiswa Kimia FMIPA UNY