Artikel September: Return Trip Effect : Waktu Pulang Terasa Lebih Cepat

 Return Trip Effect : Waktu Pulang Terasa Lebih Cepat



            Setiap orang pasti pernah melakukan perjalanan atau bepergian, entah itu travelling, sunmori, mengantar ibu ke pasar, atau kegiatan lainya yang lekat dengan beepergian. Berkendara hingga sampai ke tempat yang dituju itu memang menyenangkan. Akan tetapi, pernah nggak sih kalian merasa waktu perjalanan pulang lebih cepat daripada waktu berangkat?

 Dapat diyakini, orang akan menjawab bahwa waktu berangkat lebih lama dari waktu pulang. Mengapa ini bisa terjadi? Padahal jarak dan rute yang ditempuh sama. Akan Tetapi, mengapa waktu berangkat seringkali terasa lebih lama daripada waktu pulang?

Ternyata, beberapa peneliti sudah memberikan penjelasan ilmah terkait dengan “relativitas” waktu ini. Hal ini disebut dengan Return Trip Effect. Apa itu Return Trip Effect? Return Trip Effect  adalah efek perjalanan pulang yang dimana setiap orang punya perasaan bahwa waktu pergi lebih lama namun waktu pulang terasa lebih cepat.

Return Trip Effect secara logika dimaknai lekat dengan sensasi manusia saat menemukan, melihat, dan memperhatikan hal baru. Jika seseorang bepergian, maka ia akan secara otomatis fokus dengan rambu-rambu, arah, patokan, jalan, persimpangan, dan lokasi menuju ke tempat tujuan. Akan tetapi saat mereka pulang, mereka tidak perlu lagi memperhatikan hal-hal di sepanjang jalan karena sudah terproses otomatis di otak. Ketika pergi, otak akan merekam segala hal yang baru di depannya pertama kali yakni ketika berangkat. Lalu, ketika perjalanan pulang, otak dan respon akan familiar karena telah tersimpan di dalam memori otak. Inilah yang disebut dengan faktor familiaritas dalam efek perjalanan.

Salah satu penelitinya adalah Niels van de Ven. Psikolog asal Belanda ini pada 2011 mengeluarkan hasil penelitian tentang fenomena tersebut. Niels menyebutkan bahwa fenomena tersebut bisa terjadi dengan menyandarkan diri pada teori familiaritas lantaran seseorang masih asing terhadap rute yang ditempuh.

Secara sederhana, misalkan kita melakukan suatu rutinitas. Dalam melakukan rutinitas, yang biasanya terjadi adalah kita tidak perlu mengeluarkan effort yang terlalu besar karena sudah hafal dengan apa saja yang harus dilakukan. Kalau melakukan hal baru, istilahnya di sana kita merasa “mbabat alas” dulu yang tentu membutuhkan waktu lebih lama daripada melakukan rutinitas.

Ketika berangkat ke tempat baru, kita cenderung menduga-duga lama waktu tempuh yang bakal dihabiskan sampai ke tempat tujuan. Namun, saat waktu tempuh ke tempat tujuan lebih lama dari yang diharapkan, kita mungkin menyesuaikan harapan waktu tempuh perjalanan pulang hampir sama dengan perjalanan waktu berangkat tadi. Dan, tiba-tiba saja, kita merasakan, “Lho, kok udah sampai rumah aja ya, Perasaan tadi pas waktu berangkat, lama banget.”

Niels Van De Ven mengatakan bahwa hal tersebut adalah a violation of expectation yang dapat diartikan pelanggaran harapan dalam perjalanan. Pelanggaran harapan itu dimaksud bahwa "seseorang merasa durasi perjalanan berangkat dan pulang itu sama namun nyatanya terasa lebih singkat".  Ini merupakan ekspektasi umum yang dirasakan orang-orang ketika melakukan perjalanan. Dimana faktor ekspektasi telah diuji dan disandingkan dengan faktor familiaritas. 

 

 

 

 

 

Sumber :

Return Trip Effect : Alasan Waktu Berangkat Lebih Lama dari Waktu Pulang – Terminal Mojok

Return Trip Effect, Pergi Lama Pulang Cepat - Kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah mengunjungi website resmi Himpunan Mahasiswa Kimia FMIPA UNY